MotoGP Semakin Tidak Menarik? | Cepi Wungkul
Hatur nuhun kana kasumpingana Thank you for visiting ಭೇಟಿ ಧನ್ಯವಾದಗಳು 訪問していただきありがとうございます आने के लिए धन्यवाद 感谢您访问

MotoGP Semakin Tidak Menarik?

MotoGP Semakin Tidak Menarik?

Minim aksi overtaking, lebih mirip iring-iringan motor prototype daripada balapan, juara seri sudah ketahuan bahkan sejak lap pertama. Intinya MotoGP makin hari makin tidak menarik untuk ditonton. Benarkah semua itu terjadi karena pembalap unggulan saat ini tak punya bakat “menghibur”?






Di masa lalu seorang Valentino Rossi bisa menyuguhkan atraksi yang banyak disukai oleh para penonton Grand Prix. Meski punya motor yang sangat kuat, Rossi nyaris tak pernah tampil ngotot sejak lap awal. Ia seolah membiarkan saja pembalap lain mendahuluinya.
Di pertengahan lomba barulah Rossi mulai menyusul satu persatu pembalap di depannya. Dan seringkali ia baru melancarkan aksi untuk menghabisi pimpinan lomba pada 5 lap terakhir.
Sekarang aksi seperti itu teramat sangat jarang terjadi. Casey Stoner, Dani Pedrosa dan juga Jorge Lorenzo plus Ben Spies meraih kemenangan dengan memimpin sendiri di depan dan nyaris tak terkejar oleh siapapun.
Karena itulah banyak yang mengkritik para pembalap unggulan saat ini -terutama Stoner- tak berani tampil fight. Benarkan demikian?
Secara mental, kemampuan bertarung jarak dekat rider seperti Stoner dan Pedrosa dan termasuk juga Lorenzo sepertinya memang belumlah sekuat Rossi. Rasa percaya diri mereka pun belumlah sebesar yang dimiliki The Doctor. Tetapi di luar itu ada faktor lain yang menyebabkan mereka berusaha secepat mungkin meninggalkan pembalap di belakangnya.
“Sekarang dengan motor 800cc, khususnya (dengan) ban Bridgestone dan (perangkat) elektronik, lebih sulit untuk menyalip, jika kita membandingkan dengan 500(cc) dan juga tahun-tahun pertama dari 990cc,” ungkap Rossi.
Mesin 800cc, ban tunggal Bridgestone dan berbagai piranti elektronik merupakan kombinasi “sempurna” yang bisa membuat aksi menyalip kini tidak semudah di era 500cc dan pada era awal 990cc. Motor-motor 800cc kini sangat kencang di tikungan sehingga aksi overtake jadi sangat sulit dilakukan.
“Karena waktu antara pengereman dan masuk tikungan jauh lebih kecil, maka waktu untuk menyalip menjadi kurang. Di masa lalu, terutama dengan 500, Anda punya 30-40 meter untuk menyalip. Anda juga bisa masuk tikungan sedikit lebih lambat. Jadi semuanya terjadi lebih lambat, Anda memiliki lebih banyak waktu dan lebih mudah untuk menyalip. Jika satu rider ada di belakang dan ingin menyalip, sepuluh tahun yang lalu itu lebih mudah. Sepanjang lap Anda memiliki empat atau lima tempat untuk menyalip. Sekarang mungkin maksimal satu atau dua” lanjut Rossi lagi.
Faktor ban juga menimbulkan polemik tersendiri. Dulu di era Michelin, para pembalap bisa lebih leluasa dalam memilih tipe ban karena pabrikan ban asal Prancis itu siap mebawa ban sebanyak mungkin dengan berbagai kompon yang spesifik untuk masing-masing pembalap dan masing-masing sirkuit.
Rossi kala itu cukup percaya diri bannya akan tahan hingga lap-lap terakhir. Bahkan seringkali ia mencetak fastest lapdi putaran terakhir. Namun semenjak aturan pembatasan jumlah pemakain ban diberlakukan, Michelin keteteran dan akhirnya mundur dari MotoGP.
Dengan regulasi ban tunggal, pengembangan teknologi ban sepertinya agak kurang (aturan pembatasan jumlah ban dan regulasi single tyre supplier memang ditujukan untuk mengurangi biaya pengembangan ban). Hampir semua pembalap sempat mengkritik performa ban Bridgestone yang dinilai sangat kurang memuaskan. Contohnya ban kompon keras mereka dirasa butuh waktu lama untuk pemanasan namun sangat cepat mengalami degradasi. Oleh karenanya pembalap yang sudah tertinggal pada pertengahan race sangat sulit untuk meningkatkan kecepatan motornya guna mengejar pembalap di depan.
Dengan berbagai problema itu, yang terjadi kemudian para pembalap seperti berlomba-lomba untuk meninggalkan kerumunan sejak tikungan pertama selepas start. Hasil kualifikasi menjadi sangat penting karena kans untuk melepaskan diri sejak lap awal tentu semakain besar jika mengawali balapan dari grid terdepan.
Di samping itu, kesenjangan performa motor antar pabrikan di musim 2011 ini juga sangat jelas terlihat. 10 dari 14 seri yang sudah di gelar dimenangkan oleh rider Honda dan hanya 4 lainnya yang diraih rider Yamaha.
Yang menjadi pertanyaan kemudian, kenapa empat rider Honda yang dipersenjatai RC212V pabrikan sangat jarang bisa tampil head to head seperti halnya yang terjadi antara Rossi dan Lorenzo saat masih sama-sama menunggang YZR-M1? Inikah tanda-tanda kembalinya era dominasi a la Mick Doohan?



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Unknown, Published at 20.14 and have