Suku Dani Papua.Perkampungan yang
pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun yang
lalu.Banyak explorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. Salah
satu diantaranya yang pertama adalah Expedisi Lorentz pada tahun 1909-1910
(Netherlands), tetapi mereka tidak beroperasi di Lembah Baliem.
Kemudian
penyidik asal Amerika yang bernama Richard Archold anggota timnya adalah orang
pertama yang mengadakan kontak dengan penduduk asli yang belum pernah
mengadakan kontak dengan negara lain sebelumnya. Ini terjadi pada tahun 1935.
kemudian juga telah diketahui bahwa penduduk Suku Dani adalah para petani yang
terampil dengan menggunakan kapak batu, alat pengikis, pisau yang terbuat dari
tulang binatang, bambu atau tombak kayu dan tongkat galian. Pengaruh Eropa
dibawa ke para Missionaris yang membangun pusat Missi Protestan di Hetegima
sekitar tahun 1955. Kemudian setelah Bangsa Belanda mendirikan kota Wamena maka
agama Katholik mulai berdatangan.
LETAK GEOGRAFI
Secara geografi Kabupaten
Jayawijaya terletak antara 30.20 sampai 50.20′ Lintang Selatan serta 1370.19′
sampai 141 Bujur Timur. Batas-batas Daerah Kabupaten Jayawijaya adalah sebagai
berikut : Sebelah Utara dengan Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen,
Barat dengan Kabupaten Paniai, Selatan dengan Kabupaten Merauke dan Timur
dengan perbatasan negara Papua New Guinea.
Topografi Kabupaten
Jayawijaya terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas.
Diantara puncak-puncak gunung yang ada beberapa diantaranya selalu tertutup
salju misalnya Pucak Trikora 4750 m, Puncak Yamin 4595m dan Puncak Mandala
4760m. Tanah pada umumnya terdiri dari batu kapur/gamping dan granit terdapat
di daerah pegunungan sedangkan di sekeliling lembah merupakan percampuran
antara endapan Lumpur, tanah liat dan lempung.
IKLIM
Jayawijaya beriklim tropic basah,
hal ini dipengaruhi oleh letak ketinggian di permukaan laut dengan temperatur
udara bervariasi antara 80-200Celcius dengan suhu rata-rata 17,50Celcius dengan
hari hujan 152,42 hari pertahun tingkat kelembaban diatas 80%, angin berhembus
sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan terendah 2,5
knot.
FLORA DAN FAUNA
Daerah ini terdapat banyak
margasatwa yang aneh dan menarik yang hidup di tengah-tengah pepohonan tropis
yang luas dan beraneka ragam pada gunung-gunung yang lebih tinggi. Hutan-hutan
tropis memberi kesempatan bagi tumbuh-tumbuhan dan hutan-hutan Cemara, semak
rhodedendronds dan species tanaman pakis yang dari anggrek yang sangat
mengagumkan. Dekat daerah bersalju di puncak-puncak gunung terdapat lumut dan
tanaman tundra. Hutan-hutan juga beraneka ragam jenis kayu yang sangat penting
bagi perdagangan seperti intisia, pometis, callophylyum, drokontomiko,
pterokorpus dan jajaran pohon berlumut yang jika diexploitasi dan diproses
dapat menghasilkan harga yang sangat tinggi jika diperdagangkan. Hutan-hutan
dan padang-padang rumput Jayawijaya merupakan tempat hidup kanguru, kuskus,
kasuari dan banyak species dari burung endemic seperti burung Cenderawasih,
mambruk, nuri bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan
coraknya.
PENDUDUK
Penduduk asli yang mengalami
Kabupaten Jayawijaya ini adalah Suku Dani, Kimyal dan Suku Jale. Selain
penduduk asli, terdapat juga penduduk yang berasal dari daerah-daerah lain di
Indonesia yang berada di Kabupaten Jayawijaya bekerja sebagai pegawai negeri,
ABRI, Pengusaha, pedagang, transmigrasi dan sebagainya.
BUDAYA
Tiup Pikon |
Setiap daerah pasti punya ciri khas, begitu pula dengan penduduk Jayawijaya. Di kabupaten ini babi memegang peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Babi merupakan prestise dan melambangkan status sosial seseorang. Tetapi babipun bisa menyebalkan pecahnya perang suku, dan binatang ini juga berperan sebagai mas kawin (uang mahar).
Di daerah ini masih banyak orang yang mengenakan “koteka” (penutup penis) yang terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “Honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/lalang). Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya). Walaupun mereka menerima Agama Kristen, banyak diantara upacara-upacara mereka masih bercorak budaya lama yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Suku Dani percaya terhadap rekwasi. Seluruh upacara keagamaan diiringi dengan Nyanyian, tarian dan persembahan terhadap nenek moyang mereka. Upacara peperangan dan permusuhan biasanya melintasi daerah perbatasan, wanita, pencurian babi dan masalah-masalah kecil lainnya. Para prajurit memberi tanda juga terhadap mereka sendiri dengan babi lemak, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah dari pohon mangga dan bunga-bungaan, mempersenjatai diri sendiri dengan; tombak, busur dan anak panah. Di dalam masyarakat Suku Dani jika salah seorang menjadi manusia buangan karena melanggar tabu, ia biasanya dihina/ diejek oleh warga yang lain pada pertemuan adat, ia harus membayar denda. Sambil mereka bekerja di ladang atau pergi berburu mereka bernyanyi expresi heroic atau kisah yang menyedihkan. Alunan suara dari lagu itu mendorong mereka dalam bekerja, alat-lat musik yang mengiringi lagu disebut “Pikon”. Sepanjang perjalanan berburu. “Pikon” diselipkan kedalam lubang yang besar dikuping telinga mereka. Dengan Pikon tanda isyarat dapat dikirim dengan berbagai suara yang berbeda selama berburu untuk memberi isyarat kepada teman atau lawan di dalam hutan. Berbeda warga memiliki suara Pikon, hanya dapat dikenal didalam suku mereka sendiri.
AGAMA
Penduduk di daerah Jayawijaya sebagian
besar Pemeluk agama Kristen dan lainnya agama Islam, tetapi beberapa penduduk
yang berada di tempat yang lebih terpencil di daerah bukit-bukit masih
berpegang teguh kepada kepercayaan yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka.
TRANSPORTASI
Kabupaten Jayawijaya terhitung yang
paling berada di pedalaman Papua maka sarana perhubungan yang ke ibukota Wamena
dan kecamatan-kecamatan lainnya di daerah pedalaman Jayawijaya adalah lewat
transportasi udara. Lapangan terbang yang utama terletak di kota Wamena dan
memiliki jalur rutin yang setiap hari didarati dengan pesawat terbang seperti
Merpati Airlines, Trigana Airlines, dan beberapa jenis pesawat setiap hari 3-4
kali penerbangan dari Jayapura (Airport Sentani) pulang pergi. Beberapa kota
kecamatan di daerah ini dihubungkan dengan jalan darat dan ada kendaraan
seperti taksi-taksi umum yang beroperasi bahkan beberapa mini bus yang
diperuntukkan bagi kepentingan para wisatawan.
TEMPAT-TEMPAT MENARIK
DEMONTRASI PERANG-PERANGAN
DEMONTRASI PERANG-PERANGAN
Demontrasi
perang- perangan ini merupakan suatu atraksi yang digelar
oleh suku-suku di Wamena menyongsong hari besar
17 Agustus yang ditetapkan sebagai Event
Pariwisata setiap tahun. walaupun event ini tidak
sebesar sebelum-nya, namun sampai dengan saat ini masih tetap
diselenggarakan.
Kepala Suku yang memimpin perang |
Demontrasi perang-perangan ini bercorak
budaya yang diturunkan dari nenek moyang mereka
dan ini menunjukkan bahwa perang suku yang terjadi antara suku-suku di Wamena
disebabkan karena suku yang satu dianggap melanggar masuk batas daerah
kekuasaan suku yang lain atau karena masalah perempuan juga masalah babi dan
masalah-masalah kecil lainnya.
Mumi ini adalah murni seorang Panglima
perang yang bernama Werafak Elosak yang meninggal dunia 350 tahun yang lalu,
jenazahnya diawetkan secara tradisional. Desa Aikima kecamatan Krulu 8 km dari
kota Wamena dan dapat dicapai dengan kenda-raan selama 15 menit. Selain mumi di
Aikima, ada juga beberapa Mumi yang diawetkan secara tradisional seperti di
Desa Yiwika Kecamatan Krulu Mumi Pumo di Desa Aroboda Kecamtan Asologima dan
Mumi Aggruk di Desa Ubahak.
JEMBATAN
GANTUNG KALI BALIEM
Jembatan
ini pertama kali dibuat dengan cara tradisional oleh
masyarakat setempat dengan bahan tali rotan kini
dimodifikasi dengan bahan yang dibuat dari kawat
baja, merupakan jembatan penyeberangan bagi
masyarakat di bagian utara Sungai Baliem.Jembatan
ini terletak di Desa Wesaput 2 km dari Kota Wamena
dan dapat dicapai dengan kendaraan. Panjang jembatan
ini kurang lebih 90 meter.
PATUNG HUKUMIAREK
Patung
Hukuiarek dijadikan sebagai patung perdamaian. Hukumiarek adalah nama salah
satu Kepala Suku di Wamena yang menjadi korban akibat perang suku. Patung ini
dibangun untuk mengingatkan kepada masyarakat Wamena agar tidak terjadi lagi
perang suku antara sesama suku serta memohon untuk senantiasa menjaga dan
memelihara perdamaian.
Mumi Werafak Elosak
Mumi ini adalah murni seorang Panglima perang yang bernama Werafak Elosak yang meninggal dunia 350 tahun yang lalu, jenazahnya diawetkan secara tradisional. Desa Aikima kecamatan Krulu 8 km dari kota Wamena dan dapat dicapai dengan kenda-raan selama 15 menit. Selain mumi di Aikima, ada juga beberapa Mumi yang diawetkan secara tradisional seperti di Desa Yiwika Kecamatan Krulu Mumi Pumo di Desa Aroboda Kecamtan Asologima dan Mumi Aggruk di Desa Ubahak.
MUSEUM PILAMO
Museum
ini dibangun oleh pemerintahan daerah Kabupaten Jayawijaya untuk menyimpan
benda-benda budaya seperti; alat- alat perang dari suku-suku di Wamena yang
disebut Awarek dan benda-benda lainnya. Pilamo dibangun dengan bentuk
tradisional (benuk honay) di Desa Wesaput tidak jauh dari kota Wamena dan dapat
dijangkau dengan semua jenis kendaraan.
RUMAH TRADISIONAL
Ini
adalah sebuah perkampungan tradisional di Wamena dengan rumah-rumah yang dibuat
bernbentuk bulat beratap ilalang dan dindingnya dibuat dari kayu tanpa
jendela.Rumah seperi ini disebut Honelamo dengan bahasa daerah.
Perkampungan suku dani |
GOA
KONTILOLA
Sebuah
kota terbentuk secara alami, terdapat stalaknit dan stalaktif dan di bagian
dalamnya terdapat aliran anak sungai, berlokasi kurang lebih 22 km dari Kota
Wamena dan dapat dicapai dengan semua jenis kendaraan.
Foto-Foto Suku Dani
Koteka (pakaian adat untuk pria) |
Kepala suku dengan taring babi |
Perkawinan adat suku dani |
Posted by 23.59 and have
, Published at